KARIMUN, Potretnusantara.id-Bhinneka artinya ‘beraneka ragam’, kata Tunggal artinya ‘satu’, dan kata Ika artinya ‘itu’, semboyan Bhinneka Tunggal Ika digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa serta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Salah satu dari keaneka ragaman itu adalah budaya adat Batak, Suku Batak Toba memiliki beragam tradisi atau adat istiadat, yaitu upacara pernikahan, upacara kematian, upacara lahiran anak.
Khusus untuk acara proses pernikahan, ada beberapa tahapan atau langkah yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu Pihak Laki-laki (suhut paranak) dan pihak perempuan (suhut parboru).
“Tradisi kita itu cukup bagus, ada prosesnya misalnya kita bicara prosesi pernikahan,”kata Gomgom Raja Parhata Hutabarat, Jumat (16/8).
Dia menjelaskan, sebelum acara pernikahan dilangsungkan di Gereja dan diberkati oleh Pendeta terlebih dahulu melakukan tahapan-tahapan, mulai dari Marhusip, Marhata sinamot, Martumpol, Posesi pernikahan dan adat.
“Prosesnya panjang, misalnya melakukan tonggo raja dimana kita harus menyampaikan rencana kita ini ke pihak kita keluarga (dongan tubu), terus ke raja huta juga (tempat dimana acara tersebut dilakukan), itu bentuk kita membujuk raja-raja,”katanya.
Saat martumpol tambahnya, pihak laki-laki nanti akan menjemput mempelai perempuan sebelum berangkat ke gereja.
“Jadi sebelum ke gereja, kita (pihak laki-laki) berangkat menjemput mempelai perempuan, ditempat perempuan nantinya ada prosesi berdoa bersama sebelum berangkat bersama ke gereja,”jelasnya,
Kalau prosesi digereja tambahnya, pihak laki-laki dan perempuan, pertama akan melakukan pendataan berkas dimana pihak laki-laki dan perempuan mendaftarkan nama-namanya, kemudian saksi-saksi.
“Prosesnya calon pengantin akan membacakan ikrar bahwa mereka tidak memiliki hubungan asmara dengan orang lain selain dengan calon pasangannya, dan kemudian Pendeta akan menyampaikan ke jemaat yang hadir dan yang hadir khususnya kedua pihak orang tua akan memberikan tanggapa,”paparnya.
Setelah prosesi ini berjalan, maka perwakilan kedua belah pihak akan diberi kesempata untuk menyampaikan ucapan-ucapan kepada seluruh jemaat yang hadir.
“Kalau prosesinya semua sudah selesai baru nanti perwakilan kedua belah pihak memberikan kata sambutan, dalam sambutan ini intinya mengucapkan kata terima kasih, kemudian mempersilahkan untuk makan lapet dan minum,”paparnya.
Dan umumnya tambahnya, usai melaksanakan martumpol terkadang atau kebanyakan pada malam harinya langsung melakukan prosesi berikutnya yaitu marhata hepeng.
“Ini saja nanti malam kita masuk prosesi marhata hepeng, disinilah nanti kita membicarakan atau mengesahkan apa-apa saja yang dilakukan kedua pihak pada hari H, disini sudah diserahkan namanya bohi ni sinamot yaitu tanda jadi atau mahar,”tutupnya. (bersambung)
ery