Potretnusantara id,Natuna – Sejumlah penumpang maskapai Nam Air dibuat kecewa akibat perubahan jadwal penerbangan yang terjadi secara mendadak pada Sabtu (18/10/2025). Salah satu penumpang, Jirin, S.H., bahkan sempat melayangkan protes keras dan nyaris melakukan somasi terhadap pihak maskapai karena merasa dirugikan.
Sebelumnya, penerbangan Nam Air yang dijadwalkan berangkat dari Natuna menuju Batam pukul 17.55 WIB, mengalami penundaan pertama menjadi 20.10 WIB dengan alasan operasional. Namun tak lama kemudian, jadwal kembali diubah menjadi 22.10 WIB (10.20 malam) dengan alasan teknis pada pesawat.
Perubahan jadwal ini sontak membuat para penumpang resah, terutama yang memiliki connecting flight menggunakan maskapai lain. Pihak Nam Air melalui perwakilannya, Ibu Tatik, menyampaikan permohonan maaf atas keterlambatan tersebut.
“Kami mohon maaf atas perubahan jadwal Nam Air dikarenakan alasan teknis dengan pesawat. Untuk connecting flight dengan maskapai lain, Nam Air tidak bertanggung jawab karena hal tersebut sudah tercantum dalam syarat dan ketentuan e-ticket,” ujar JIrin S.H.menjelaskan penyampaian dari pihak Nam Air.(18/10)
Menanggapi protes dari para penumpang, pihak Nam Air akhirnya memberikan kompensasi berupa makan malam dan voucher senilai Rp300.000 per tiket.
Meski demikian, Jirin mengaku tetap kecewa dengan pelayanan yang dinilainya tidak profesional.
“Kami sudah menunggu sejak sore. Awalnya pukul 17.55, lalu jadi 20.10, kemudian berubah lagi jadi 22.10. Keluarga saya sampai terkatung-katung di bandara. Saya sempat komplain keras dan hampir melakukan somasi karena merasa dirugikan,” ungkap Jirin dengan nada kesal.
Kendati begitu, Jirin akhirnya menerima solusi yang diberikan pihak Nam Air setelah sempat terjadi ketegangan antara penumpang dan perwakilan maskapai di area bandara.
Peristiwa ini ramai diperbincangkan di kalangan penumpang dan warganet, yang menyoroti pelayanan dan manajemen penerbangan Nam Air. Sebagian pihak menilai langkah pemberian kompensasi merupakan bentuk tanggung jawab yang patut diapresiasi, meski tak sedikit pula yang menilai penundaan berulang menunjukkan lemahnya koordinasi operasional maskapai.(Kalit)